Entri Populer

Jumat, 11 Maret 2011

PEDOMAN LATIHAN KEPEMIMPINAN PASKIBRA SEKOLAH


1. Pengertian Dasar
1.1. Kader

Kader adalah “sekelompok orang yang terorganisir secara terus menerus dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Hal ini dapat dijelaskan, pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera pribadi. Kedua, seorang kader mempunyai komitmen yang terus menerus (permanen), tidak mengenal semangat musiman, tapi utuh dan konsisten dalam memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang kader memiliki visi dan perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu melakukan “ social engineering”. Kader PASKIBRA SEKOLAH adalah anggota yang telah melalui proses pelatihan sehingga memilki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas kepribadian yang utuh: bertaqwa, berilmu dan berintegritas sehingga siap mengemban tugas dan amanah kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1.2. Pelatihan

Pelatihan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis selaras dengan pedoman pelatihan PASKIBRA SEKOLAH, sehingga memungkinkan seorang anggota mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi generasi muda Indonesia yang selalu memiliki kesadaran berbangsa dan bernegara, idealisme, patriotisme dan harga diri serta mempunyai wawasan yang luas untuk mengembangkan kemandirian, kepemimpinan, ilmu, keterampilan, semangat kerja keras dan kepeloporan.

2. Rekruitmen Kader

Sebagai konsukuensi dari organisasi kemasyarakatan yang membutuhkan kader-kader handal, maka aspek kualitas kader merupakan fokus perhatian dalam proses pelatihan PASKIBRA SEKOLAH guna menjamin terbentuknya output yang berkualitas sebagaimana yang diisyaratkan dalam tujuan organisasi, maka selain kualitas proses pelatihan itu sendiri, kualitas input calon kader menjadi faktor penentu yang tidak kalah pentingnya. Kenyataan ini mengharuskan adanya pola-pola perencanaan dan pola rekruitmen yang lebih memprioritaskan kepada tersedianya input calon kader yang berkualitas. Dengan demikian rekruitmen kader adalah merupakan upaya aktif dan terencana sebagai usaha untuk mendapatkan input calon kader yang berkualitas bagi proses pelatihan PASKIBRA SEKOLAH dalam mencapai tujuan organisasi.

2.1. Kriteria Rekruitmen

Rekruitmen kader yang lebih memprioritaskan pada pengalaman kader yang berkualitas tanpa mengabaikan aspek kuantitas, mengharuskan adanya kriteria rekruitmen. Kriteria rekruitmen ini akan mencakup kriteria sumber-sumber kader dan kriteria kualitas calon kader.


2.1.1. Kriteria Sumber-sumber Kader

Sesuai dengan statusnya sebagai organisasi Kesiswaan, maka yang menjadi sumber kader PASKIBRA SEKOLAH adalah Calon Anggota Pasukan Pengibar Bendera, sebagaimana disyaratkan dalam AD/ART PASKIBRA SEKOLAH.

2.1.2. Kriteria Kualitas Calon Kader

Kualitas calon kader yang di prioritaskan ditentukan oleh kriteria-kriteria tertentu dengan memperhatikan integritas pribadi dan calon kader, potensi dasar akademik, potensi berprestasi, potensi dasar kepemimpinan serta bersedia melakukan peningkatan kualitas individu secara terus menerus.

2.2. Metode dan Pendekatan Rekruitmen

Metode dan pendekatan rekruitmen merupakan cara atau pola yang ditempuh untuk melakukan pendekatan kepada calon-calon kader agar mereka mengenal dan tertarik menjadi kader PASKIBRA SEKOLAH. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pendekatan rekruitmen dilakukan 2 kelompok sasaran.

2.2.1. Pra Menjadi Anggota Paskibra Sekolah

Pendekatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sedini mungkin keberadaan PASKIBRA SEKOLAH di tengah-tengah Siswa-Siswi. Strategi pendekatan haruslah memperhatikan aspek psikologis sebagai remaja. Tujuan pendekatan ini adalah agar terbentuknya opini awal yang positif dikalangan siswa-siswa sekolah Pertama terhadap PASKIBRA SEKOLAH. Untuk kemudian pada gilirannya terbentuk pula rasa simpati dan minat untuk mengetehui PASKIBRA SEKOLAH lebih jauh. Pendekatan rekruitmen yang dilakukan dengan pendekatan aktifitas ( activity approach) dimana siswa dilibatkan seluas-luasnya pada sebuah aktifitas. Bentuk pendekatan ini bisa dilakukan lewat perangkat organisasi PASKIBRA SEKOLAH, dapat juga dilakukan pendekatan perorangan ( personal approach).

2.2.2. Telah Menjadi Anggota Paskibraka

Pendekatan rekruitmen ini dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar dan utuh dikalangan anggota Paskibra terhadap keberadaan organisasi PASKIBRA SEKOLAH sebagai mitra Sekolah Sebagai Lembaga Pendidikan dan Pemerintah dalam mencetak kader-kader bangsa. Strategi pendekatan harus mampu menjawab kebutuhan nalar siswa ( student reasoning) dan minat siswa ( student interest). Pendekatan diatas dapat dilakukan lewat aktifitas dan pendekatan perorangan, dengan konsekuensi pendekatan fungsionalisasi masing-masing anggota/pengurus PASKIBRA SEKOLAH yang berhubungan langsung dengan basis calon kader PASKIBRA SEKOLAH. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan cara kegiatan yang berbentuk formal seperti masa perkenalan calon anggota dan pelatihan-pelatihan siswa. Dalam kegiatan tersebut, materi yang dapat disajikan adalah:
Ø  Selayang pandang tentang PASKIBRA SEKOLAH
Ø  Pengantar wawasan kebangsaan
Ø  Pengantar wawasan kepemimpinan


Metode dan pendekatan rekruitmen seperti tersebut diatas diharapkan akan mampu membangun rasa simpati dan hasrat untuk mengembangkan serta mengaktualisasikan seluruh potensi dirinya lewat pelibatan diri pada proses pelatihan PASKIBRA SEKOLAH secara terus menerus.

3. Pembentukan Kader

Pembentukan kader merupakan sekumpulan aktifitas pelatihan yang terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan PASKIBRA SEKOLAH.

3.1. Latihan Kepemimpinan

Latihan kepemimpinan merupakan pelatihan PASKIBRA SEKOLAH yang dilakukan secara sadar, terencana, sistematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan yang baku secara rasional dalam rangka mencapai tujuan PPI. Latihan ini berfungsi untuk memberikan kemampuan tertentu kepada para pesertanya sesuai dengan tujuan dan target masing-masing jenjang latihan. Latihan kepemimpinan merupakan media pelatihan formal PASKIBRA SEKOLAH yang dilaksanakan secara berjenjang serta menuntut watak dan karakter kader PASKIBRA SEKOLAH melalui transfer nilai, wawasan dan ketrampilan serta pemberian rangsangan dan motivasi untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Latihan kepemimpinan terdiri dari tiga jenjang, yaitu:
a. Latihan kepemimpinan mula
b. Latihan kepemimpinan madya
c. Latihan kepemimpinan utama

3.2. Pengembangan

Pengembangan merupakan kelanjutan atau kelengkapan latihan dalam keseluruhan proses pelatihan PASKIBRA SEKOLAH.

3.2.1. Up Grading

Up Grading dimaksudkan sebagai media pelatihan PASKIBRA SEKOLAH yang menitik beratkan pada pengembangan kemampuan pengurus baik sehubungan dengan pengelolaan dan manajemen organisasi.

3.2.2. Pelatihan

Pelatihan adalah pelatihan jangka pendek yang bertujuan membentuk dan mengembangkan profesionalisme kader sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya masing-masing.












3.2.3. Aktifitas
3.2.3.1. Aktifitas Organisasi

Aktifitas organisasional merupakan suatu aktifitas yang bersifat organisasional yang dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas organisasi.
v  Intern organisasi, yaitu segala aktifitas organisasi yang dilakukan oleh kader dalam   lingkup tugas PASKIBRA SEKOLAH.
v  Ekstern organisasi, yaitu segala aktifitas organisasi yang dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas organisasi diluar PASKIBRA SEKOLAH.


3.2.3.2. Aktifitas Kelompok

Aktifitas kelompok merupakan aktifitas yang dilakukan oleh kader dalam suatu kelompok yang tidak memiliki hubungan dengan struktur organisasi formal tertentu.
v  Intern organisasi, yaitu segala aktifitas kelompok yang dilakukan oleh kader PASKIBRA SEKOLAH dalam lingkup organisasi PASKIBRA SEKOLAH yang tidak memiliki hubungan struktur (bersifat informal).
v  Ekstern kelompok, yaitu segala aktifitas kelompok yang dilakukan oleh kader diluar lingkup organisasi dan tidak memilki hubungannya dengan organisasi formal apapun.

3.2.3.3. Aktifitas Perorangan

Aktifitas perorangan merupakan aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan.
v  Intern organisasi, yaitu segala aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan untuk merespon tugas dan kegiatan organisasi PASKIBRA SEKOLAH.
v  Ekstern organisasi, yaitu segala aktifitas yang dilakukan oleh kader secara perorangan diluar tuntutan tugas dan kegiatan organisasi PASKIBRA SEKOLAH.

3.3. Pengabdian Kader

Dalam rangka meningkatkan upaya mewujudkan cita-cita PASKIBRA SEKOLAH yaitu masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, maka diperlukan peningkatan kualitas dan kuantitas pengabdian kader. Pengabdian kader ini merupakan penjabaran dari peranan PASKIBRA SEKOLAH sebagai organisasi Intern Sekolah yang juga mempunyai tujuan untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa dan negara. Oleh sebab itu seluruh bentuk pembangunan yang dilakukan merupakan jalur pengabdian kader PASKIBRA SEKOLAH, maka jalur pengabdiannya adalah sebagai berikut:
a. Jalur akademis (pendidikan, pelatihan dan pengembangan);
b. Jalur dunia profesi (dokter, konsultan, pengacara, manager, jurnalis);
c.  Jalur birokrasi dan pemerintahan;
d. Jalur dunia usaha (koperasi, BUMN, swasta);
e. Jalur sosial politik;
f.  Jalur TNI/Kepolisian;
g. Jalur sosial kemasyarakatan;
h. Jalur LSM/LPSM;
i.  Jalur kepemudaan;
j.  Jalur olah raga dan seni budaya;
k. Jalur-jalur lain yang masih terbuka yang dapat dimasuki oleh kader PPI.



POLA DASAR PELATIHAN
I. Arah Pelatihan
Arah pelatihan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses pelatihanan PASKIBRA SEKOLAH. Arah pelatihanan sangat erat kaitannya dengan tujuan pelatihan, dan tujuan PASKIBRA SEKOLAH sebagai tujuan umum yang hendak dicapai PASKIBRA SEKOLAH merupakan garis arah dan titik sentral seluruh kegiatan dan usaha-usahan PASKIBRA SEKOLAH. Oleh karena itu, tujuan PASKIBRA SEKOLAH merupakan titik sentral dan garis arah setiap kegiatan pelatihan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua kegiatan PASKIBRA SEKOLAH. Bagi anggota, tujuan PASKIBRA SEKOLAH merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota dalam pencapaian tujuan organisai adalah sangat besar dan menentukan.

1. Jenis-jenis Pelatihan
1.1. Pelatihan Formal

Pelatihan formal adalah pelatihan berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Pelatihan formal PASKIBRA SEKOLAH terdiri dari Latihan kepemimpinan mula, Latihan kepemimpinan madya dan Latihan kepemimpinan utama.

1.2. Pelatihan Informal

Pelatihan informal adalah pelatihan yang dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan profesionalisme kepemimpinan serta organisasi anggota. Pelatihan ini terdiri dari Up-grading kepengurusan, Up-grading Kesekretariatan, training dan lain sebagainya.

2. Tujuan Pelatihan Menurut Jenjang dan Jenis

Tujuan pelatihan berjenjang dimaksudkan sebagai rumusan sikap, pengetahuan atau kemampuan yang dimiliki anggota PASKIBRA SEKOLAH setelah mengikuti jenjang Latihan kepemimpinan tertentu, yakni latihan kepemimpinan mula, madya dan utama. Sedangkan tujuan pelatihan menurut jenis adalah rumusan sikap, pengetahuan dan kemampuan anggota PASKIBRA SEKOLAH, baik kemampuan intelektualitas maupun kemampuan ketrampilan setelah mengikuti pelatihan baik berupa pelatihan formal dan informal.

2.1. Tujuan Pelatihan Formal
2.1.1. Latihan kepemimpinan mula

Terbinanya kepribadian generasi muda yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi dan peranannya dalam berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader dan penerus bangsa.

2.1.2. Latihan kepemimpinan madya

Terbinanya kader PASKIBRA SEKOLAH yang mempunyai kemampuan integritas, intelektualdan kemampuan mengelola organisasi serta berjuang untuk meneruskan dan mengemban misi PASKIBRA SEKOLAH.

2.1.3. Latihan kepemimpinan utama

Terbinanya kader pemimpin bangsa yang mampu menterjemahkan dan mentransformasikan pemikiran konsepsional secara profesional dalam gerak perubahan sosial.

2.2. Tujuan Pelatihan Informal

Terbinanya kader yang memilki keahlian dan profesionalisme dalam bidang manajerial, keinstrukturan, keorganisasian, kepemimpinan dan kewirausahaan serta profesionalisme lainnya.

3. Target Pelatihan Penjejangan
3.1. Latihan kepemimpinan mula

v  Memiliki kesadaran menjalankan norma dan nilai sesuai dengan pegangan hidupnya masing-masing dalam kehidupan sehari-hari
v  Memiliki kesadaran akan tanggung jawab kebangsaan dan kenegaraan
v  Memilki kesadaran berorganisasi.

3.2. Latihan kepemimpinan madya

v  Memiliki kesadaran intelektual yang kritis, dinamis, progresif, inovatif dalam memperjuangkan visi dan misi PPI
v  Memiliki kemampuan manajerial dalam berorganisasi

3.3. Latihan kepemimpinan utama

v  Memiliki kemampuan kepemimpinan yang mampu menterjemahkan dan mentransformasikan pemikiran konsepsional dalam dinamika perubahan sosial.
v  Memiliki kemampuan untuk mengorganisir masyarakat dan mentransformasikan nilai-nilai perubahan untuk mencapai masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila.

II. Manajemen Traning

1.   Metode Penerapan Kurikulum

Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang metode dari pelatihan. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat hubungannya dengan masalah yang menyangkut metode-metode yang dipergunakan dalam pelatihan. Demikian pula materi training memiliki keterpaduan dan kesatuan dengan metode yang ada dalam jenjang-jenjang pelatihan. Dalam hal ini, untuk penerapan kurikulum training ini perlu diperhatikan beberapa aspek:









1.1. Penyusunan Jadwal Materi Pelatihan. Jadwal pelatihan adalah suatu yang menggambarkan tentang isi dan bentuk-bentuk pelatihan. Oleh sebab itu perumusan jadwal pelatihan hendaknya menyangkut masalah-masalah: Urutan Materi. Hendaknya dalam penyusunan suatu pelatihan perlu diperhatikan urut-urutan tiap-tiap materi yang harus memiliki korelasi dan tidak berdiri sendiri (asas integratif). Dengan demikian materi-materi yang disajikan dalam pelatihan selalu mengenal prioritas dan berjalan secara sistematis dan terarah, karena dengan cara seperti itu akan menolong peserta dapat memahami materi dalam pelatihan secara menyeluruh dan terpadu. Materi dan jadwal pelatihan harus selalu disesuikan dengan jenis dan jenjang pelatihan.

1.2. Cara Atau Bentuk Penyampaian Materi Pelatihan. Cara penyampaian materi-materi pelatihan adalah gabungan antara ceramah dan diskusi/dialog. Semakin tinggi  tingkatan suatu pelatihan maka semakin banyak forum-forum komunikasi ide. Suatu materi harus disampaikan secara diskutif, artinya instruktur berusaha untuk memberikan kesempatan-kesempatan.

1.3. Adanya penyegaran kembali dalam pengembangan gagasan-gagasan kreatif dikalangan peserta pelatihan. Dalam forum tersebut sedapat mungkin instruktur menjadi pioner dalam gagasan kreatif. Meskipun gagasan-gagasan dan problematik  yang disajikan dalam forum belum sepenuhnya ada penyelesaian secara sempurna. Untuk menghindari pemberian materi secara indoktrinatif dan absolustik maka penyuguhan materi hendaknya di targetkan pada pemberian alat-alat ilmu pengetahuan secara elementer. Dengan demikian pengembangan kreasi dan gagasan lebih banyak di berikan pada peserta pelatihan.

1.4. Usaha menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama unsur individu dalam forum pelatihan. untuk menumbuhkan kegairahan dan suasana dinamik dalam pelatihan, maka forum semacam itu hendaknya merupakan bentuk dinamika kelompok. Karena itu forum pelatihan harus mampu memberikan tantangan dan menumbuhkan respon yang sebesar-besarnya. Hal ini dapat dilaksanakan oleh instruktur dan asisten instruktur.

1.5. Terciptanya kondisi-kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur individu dalam forum pelatihan, menciptakan kondisi seimbang antara segenap unsur dalam pelatihan berati mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur yang ada dalam pelatihan. Problem yang akan dihadapi adanya kenyataan-kenyataan “kemerdekaan individu” dengan mengalami corak yang lebih demokratis. Dengan demikian pula perbedaan secara psikologis unsur-unsur yang ada akan lebih menipis disebabkan hubungan satu dengan lainnya diwarnai dengan hubungan kekeluargaan antara senior  dan junior.

1.6. Adanya keseimbangan dan keharmonisan antar metode pelatihan yang dipergunakan dalam tingkat-tingkat pelatihan, keseimbangan dan keharmonisan dalam metode pelatihan yakni adanya keselarasan tujuan PASKIBRA SEKOLAH dan target yang akan dicapai dalam suatu pelatihan. Meskipun antar jenjang/forum pelatihan memiliki perbedaan-perbedaan karena tingkat kematangan peserta sendiri.





METODE PELATIHAN

Dengan memahami tentang gambaran kurikulum dan aspek-aspek yang perlu dipertimbangkan di atas, maka metode yang tepat yakni penggabungan antara:
Sistem ceramah (dialog), yakni suatu metode pemahaman materi melalui tanya jawab.
Sistem diskusi, yakni suatu metode pemahaman materi pelatihan secara diskutif (pertukaran pikiran yang bebas dan kumulatif) Sistem penugasan, yaitu metode pemahaman materi dengan mempergunakan ketrampilan peserta dengan sasaran:
Ø  Mempergunakan kemampuan-kemampuan tertentu;
Ø  Penulisan-penulisan;
Ø  Kerja lapangan;
Ø  Bantuk trial dan error;
Ø  Dinamika kelompok;
Ø  Studi kasus;
Ø  Stimulasi dan lainnya.


Dalam setiap jenjang bentuk pelatihan, ketiga sistem itu tergabung menjadi satu. Penggunaannya disesuaikan dengan kematangan peserta, jenjang atau forum  pelatihan yang ada. Dalam penerapan metode pelatihan prosentasenya berbeda-beda secara kuantitaif, untuk itu prosentase tiap-tiap pelatihan dapat digambarkan sebagai berikut:
a)    Semakin matang peserta pelatihan, jenjang dan bentuk pelatihan, maka sistem diskusi lebih besar prosentasenya.
b)   Makin kecil kematangan peserta, jenjang dan bentuk pelatihan, maka diskusi memiliki prosentase yang lebih kecil sebaliknya sistem ceramah dan teknik dialog semakin besar prosentasenya.
c)    Sistem penugasan dipergunakan pada setiap pelatihan hanya saja bentuk penugasan tersebut harus diselaraskan dengan tingkat kematangan pesertanya, jenjang dan  bentuk pelatihan, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
§  Pelatihan yang diikuti oleh peserta yang tingkat kematangan berpikirnya relatif lebih tinggi dan jenjang pelatihan lebih tinggi maka penugasan lebih ditekankan secara diskritif (pembuatan paper ilmiah, paper laporan, dsb).
§  Pelatihan yang diikuti peserta yang tingkat kematangannya berpikirnya relatif lebih rendah maka ketrampilan fisik (gerak, mimik, aktifitas, praktis), sistem ini merupakan pendekatan metode “ trial and error”.

Pemilihan dan penentuan metode pelatihan disesuaikan dengan jenjang dan materi-materi pelatihan yang akan disajikan. Pendekatan yang digunakan secara filosofis, psikologis, sosiologis, historis dan sebagainya. Gambaran tentang metode yang digunakan dalam pelatihan sesuai menurut jenjangnya, adalah sebagai berikut:

a.    Latihan kepemimpinan mula

Penyampaian bersifat penyadaran, penanaman dan penjelasan   Teknik: ceramah, tanya jawab/dialog, penugasan (resume)   Proses belajar mengajar PBM/pembelajaran): penceramah menyampaikan materi dan peserta bertanya tentang hal-hal tertentu.





b.   Latihan kepemimpinan madya

Penyampaian bersifat analisis, pengembangan dan bersifat praksis   Teknik: ceramah, tanya jawab/dialog penugasan (membuat makalah tanggapan atau makalah analisis sebuah kasus)   Session khusus dalam bentuk tutorial.

c.    Latihan kepemimpinan utama

Penyajian bersifat analisis problematik dan alternatif. Teknik: ceramah, dialog, penugasan membuat makalah banding (peserta membuat alternatif pemecahan secara konsepsional).   Konsep belajar mengajar (PBM/pembelajaran): penceramah bersifat mengangkat masalah, kemudian peserta membahas. Session khusus dalam bentuk tutorial Session khusus dalam bentuk praktek lapangan.


Evaluasi Pelatihan

1. Tujuan
  • Mengukur tingkat keberhasilan pelatihan.
  • Sebagai umpan balik bagi seluruh unsur pelaksanaan pelatihan
2. Sasaran
  • Sikap
  • Nalar
  • Gerak
3. Alat Evaluasi
  • Tes Objektif
  • Tes Subjektif
  • Tes Sikap
  • Tes Ketrampilan
4. Prosedur Evaluasi
  • Pre-Test
  • Mid-Test
  • Post-Test
5. Pembobotan:
Ø  Latihan kepemimpinan mula:
§ Sikap : 30 %
§ Nalar : 30 %
§ Gerak : 40 %
Ø  Latihan kepemimpinan madya:
§ Sikap : 40 %
§ Nalar : 40 %
§ Gerak : 20 %
Ø  Latihan kepemimpinan utama:
§ Sikap : 40 %
§ Nalar : 50 %
§ Gerak : 10 %







PEDOMAN LANJUTAN
PENDAHULUAN

Pedoman follow-up pelatihan ini dimaksudkan sebagai acuan dalam meningkatkan kualitas diri anggota setelah mengikuti jenjang pelatihan formal tertentu. Namun demikian pedoman ini jangan diartikan sebagai aktifitas seorang kader. Tetapi hanya merupakan batas minimal yang harus dilakukan seorang kader setelah mengikuti jenjang formal tertentu.

1. Fungsi:
Ø  Pendalaman
Ø  Pengayaan
Ø  Perbaikan
Ø  Peningkatan
Ø  Penerapan

2. Pertimbangan:
Ø  Ada unsur subjektifitas (pengarah)
Ø  Kontinuitas



3. Target
Ø  Latihan kepemimpinan mula
- Mengembangkan wawasan dan kesadaran
- Meningkatkan prestasi akademik
- Menumbuhkam semangat militansi kader
- Meningkatkan kualitas berorganisasi

Ø  Latihan Kepemimpinan madya
- Meningkatkan intelektualitas
- Menumbuhkan semangat pembelaan
- Menumbuhkan semangat melakukan perubahan
- Meningkatkan kemampuan manajerial
- Meningkatkan kemampuan mentransformasikan gagasan dalam bentuk lisan 
dan tulisan

Ø  Latihan Kepemimpinan utama
- Melahirkan calon Pemimpin-Pemimpin PPI dan bangsa
- Melahirkan kader yang mampu mengaplikasikan ilmu yang dimiliki
- Melahirkan kader yang memiliki wawasan general dan global

BENTUK PELATIHAN LANJUTAN
1. Pasca Latihan kepemimpinan mula
a. Up Grading/kursus-kursus, meliputi:
Nilai kebangsaan
Keorganisasian
Kepengurusan
Kesekretariatan
Kebendaharaan
Keprotokoleran
Kepanitiaan
Muatan Lokal
b. Aktifitas
Kelompok Belajar
Kelompok diskusi
Keorganisasian
Bakti sosial

2. Pasca Latihan kepemimpinan madya
a. Up Grading/kursus-kursus meliputi:
Pelatihan pengelola latihan
Pelatihan AMT
Pelatihan Manajemen
Pelatihan kewirausahaan
Latihan Kepemimpinan
Latihan Instruktur/Pemateri
Latihan Metodologi Riset
Latihan Advokasi dan HAM
Pusdiklat Pimpinan
b. Aktififtas
Kelompok Penelitian
Kelompok Diskusi
Pendampingan masyarakat
Pengabdian Masyarakat secara umum
Pembentukan kelompok untuk melaksanakan desa binaan.

3. Pasca Latihan kepemimpinan utama
a. Up Grading/Kursus-Kursus, Meliputi:
UP Grading Ideologi, Strategi-Taktik
Up Grading Manajemen Organisasi
Up Grading Kepemimpinan
Pelatihan Kewirausahaan
Pelatihan-pelatihan Kekaryaan Lainnya
b. Aktifitas:
Pembentukan jaringan kerja
Perintisan jalur profesionalisme
Pengabdian masyarakat

4 komentar:

  1. rembug saran: materinya sudah baik tapi cenderung meluas, mengingat keterbatasan dalam berbagai aspek, khususnya dalam pembinaan paskibra sekolah, terlebih disana dijelaskan ada 3 jenis pelatihan, dari mulai mula, madya dan utama. mungkin jika di spesifikkan akan lebih baik, misalkan untuk paskibra sekolah LK mula saja, dan untuk lanjutannya itu jika mereka sudah masuk di paskibraka.. yang memungkinkan tanpa merubah format adalah dengan menambah judulnya jadi paskibra sekolah dan paskibraka.. hehehe

    BalasHapus
  2. Thanxs Kang, mudah2an menjadi bahan untuk perbaikan bersama, tapi niat awal penulisan ini adalah untuk wacana bersama antara PPI dan Paskibra Sekolah supaya bisa berjalan sinergis dan satu Visi dan Misi....
    Mari Bersama merubah mindset PPI yang arogan menjadi PPI yang bersahaja dan bersahabat

    BalasHapus
  3. kalau usia 18-19 arogan masih wajar, tapi klo udah lebih dari 20 th masih arogan mah berarti bawaan orok, haaaaaaahahahahahahaha,, susah di rubah... jadi judulnya gini aja: pedoman latihan kepemimpinan bagi bagi anggota paskibra. gak usah pake embel-embel, jadi paskibra dari tingkatan sekolah sampe nasional bisa make pedoman ini..

    BalasHapus
  4. Tinggal sekarang kita lebih mengutamakan kualitas atau kuantitas kang? seharusnya organisasi dapat merubah seseorang kearah yang lebih bae.....lanjutkan yang bae, buang yang tidak bae
    hehehehe

    BalasHapus